Tulisan ini disusun untuk menengahi kedua kondisi pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan penerjemah atau jasa penerjemah yang sangat berbeda, yaitu pembelajaran bawah sadar atau tanpa disadari oleh penerjemah dan pembelajaran yang disengaja dan analitis oleh penerjemah. Pembelajaran bawah sadar merupakan cara belajar “alami” seorang penerjemah di luar kelas. Pembelajaran yang disengaja dan analitis merupakan cara “buatan” ketika penerjemah atau jasa penerjemah belajar secara tradisional di dalam kelas. Ketika metode pengajaran menanggalkan mode analitis tradisional, pembelajaran menjadi lebih cepat, lebih menyenangkan, dan lebih efektif bagi penerjemah. Ketika metode pengajaran mendekati batas tertinggi bawah-sadar, kuantitas materi yang dipelajari penerjemah dapat meningkat hingga sepuluh kali lipat kecepatan metode tradisional, sementara penerjemah nyaris tidak menyadari bahwa mereka tengah mempelajari sesuatu. Kelihatannya mereka biro jasa penerjemah tidak belajar apa-apa, karena pembelajaran berlangsung secara bawah sadar, tetapi yang mengejutkan, para penerjemah mampu mengerjakan tugas-tugas sulit dengan jauh lebih cepat, lebih percaya diri, dan lebih akurat daripada yang mungkin para penerjemah ketahui.
Kendati efektif, metode bawah sadar ini juga agak-agak tidak punya tujuan yang jelas, dalam arti sedikit sekali melibatkan pemikiran kritis, meta pikiran (metathinking), pengujian materi terhadap pengalaman atau nalar seorang penerjemah. Penerjemah dan jasa penerjemah memang harus mampu memproses materi linguistik secara cepat dan efisien, tetapi penerjemah juga harus mampu mengenali bidang masalah yang dihadapi dan memperlambat proses untuk memecahkan masalah-masalah itu secara analitis dan kompleks. Metode pengajaran alam sadar dipadukan dengan pengajaran bawah sadar dengan alasan bahwa para penerjemah harus mampu menguji dan mempertanyakan materi dan pola yang mereka salurkan kembali itu dengan sangat cepat dan efektif. Penerjemah harus mampu berpindah bolak-balik di antara menerjemah bawah sadar yang cepat dengan analisis kritis yang lambat dan cermat artinya, penerjemah tak hanya harus dilatih untuk melakukan kedua-duanya, tetapi pelatihan penerjemah juga harus berbentuk perpindahan bolak-balik di antara ke duanya: bawah sadar-ke-analitis, analitis-ke-bawah sadar. Penerjemah tak hanya harus mampu memformasikan penerjemahan bawah sadar yang cepat dan memecahkan masalah secara sadar dan analitis, tetapi juga mampu berpindah-pindah dari satu kondisi ke kondisi yang lain bila situasi menuntutnya (dan juga untuk mengenali kapan situasi benar-benar menuntut kemampuan penerjemah tersebut).
Itulah sebabnya, beberapa hal dalam tulisan ini muncul dengan tampilan yang agak “aneh”, khususnya pada latihan-latihan yang ada pada akhir tiap-tiap gagasan. Jasa penerjemah dan penerjemah yang sudah terbiasa dengan pedagogi analitis tradisional pada awalnya mungkin akan menarik diri dari perspektif kritis dan latihan-latihan hands-on yang di rancang untuk mengembangkan kemampuan bawah sadar ini. Kewaspadaan yang kritis tak ada jeleknya; sikap ini merupakan bagian dari perpindahan bolak-balik dari proses bawah sadar ke proses sadar. Topik diskusi yang diberikan sebelum latihan pada akhir tiap bab sebenarnya justru dirancang untuk memupuk sikap skeptis kritis seperti ini terhadap pernyataan-pernyataan yang dimuat dalam bab tersebut. Penerjemah harus diberi kesempatan, baik untuk merasakan kekuatan pembelajaran dan menerjemah bawah sadar, sekaligus mempertanyakan sifat dan akibat dari pengalaman tersebut. Menjalankan fungsi bawah sadar tanpa kesadaran-diri yang kritis akan segera menjadi rutinitas mekanis yang menumpulkan pikiran; kritikan analitis tanpa pengalaman yang kaya dan menyenangkan cepat menjadi kemalasan intelektual.
Susunan teks ini terutama ditujukan untuk kuliah penerjemah dan jasa penerjemah khusus pada bagian pengantar teori dan praktek penerjemahan. Gagasan tersebut bertujuan untuk memberikan calon penerjemah (dan dalam beberapa kasus ditujukan bagi jasa penerjemah profesional) pandangan menyeluruh mengenai aktivitas penerjemah dan cara mempelajari penerjemahan. Maka, tulisan ini penuh dengan detil-detil praktis yang berhubungan dengan aktivitas-aktivitas profesional penerjemah sekaligus bagi jasa penerjemah. Dalam pembahasan selanjutnya, tulisan ini ingin menawarkan cara memadukan keseluruhan rangkaian perspektif teoritis mengenai penerjemahan, dari teori psikologis sampai teori terminologi, teori linguistik, dan teori sosial sampai teori budaya.
Di samping itu, latihan-latihan tersebut tak hanya di rancang untuk mengajarkan hal-ihwal penerjemahan saja, melainkan juga membantu penerjemah atau biro jasa penerjemah dengan lebih baik. Gagasan ini bisa juga digunakan sebagai materi tambahan dalam diskusi penerjemahan praktis. Karena gagasan ini tidak ditulis untuk kombinasi bahasa tertentu, pelatih perlu melakukan beberapa hal untuk mengadaptasi latihan-latihan di dalamnya untuk kombinasi bahasa tertentu yang tengah dipelajari penerjemah. Walaupun saran-saran mengenai cara pelaksanaannya juga nanti akan disertakan, namun kebutuhan spesifik tiap-tiap penerjemah di seantero dunia tak mungkin diperkirakan lebih dulu. Jika memang di perlukan masukan yang lebih aktif dan kreatif dari penerjemah, tulisan ini juga memberikan lebih banyak keleluasaan bagi para penerjemah untuk mengadaptasikan latihan-latihan tersebut sesuai dengan kebutuhan penerjemahan. Di bagian yang lain tulisan ini, terdapat sebuah panduan bagi penerjemah yang memberikan beberapa tambahan saran guna meng adaptasikan latihan-latihan itu untuk materi terjemahan.
Kebanyakan penerjemah (termasuk saya) dan jasa penerjemah, biasanya tidak dilatih untuk pekerjaan menerjemah. Masih banyak lagi penerjemah yang tidak menempuh pendidikan resmi, bahkan sampai sekarang. Karena itu, tulisan ini juga saya persiapkan untuk sarana belajar mandiri (self-study). Pembaca yang saat ini tidak mengikuti program pelatihan penerjemah, atau bekerja sebagai biro jasa penerjemah pada program pelatihan penerjemah, dapat memetik manfaat dari tulisan ini dengan membaca setiap paragraph dan mengerjakan latihan-latihan yang tidak memerlukan kerja secara berkelompok. Latihan-latihan yang disiapkan untuk pengerjaan secara berkelompok banyak yang mudah diadaptasikan untuk tugas penerjemah secara perorangan. Yang penting adalah mengerjakan latihan, bukan sekedar memikirkannya. Eksperimen pemikiran hanya berguna jika betul-betul merupakan eksperimen, bukan hanya refleksi tentang seperti apa wujudnya eksperimen itu.” Tidak lain dan tidak bukan adalah latihan menerjemah, menerjemah dan selanjutnya menerjemah lagi. Mereka yang membuka jasa penerjemah adalah lembaga yang sudah mengerjakan penerjemahan dengan jumlah yang besar. Jasa Penerjemah memberikan layanan sekaligus mendapatkan penghasilan. Memang menggiurkan membuka usaha jasa penerjemah.